Ekspor Kayu Vietnam Turun Drastis, Impor Woodchips Indonesia Meningkat

Dalam 2 bulan pertama tahun 2023, ekspor kayu dan produk kayu dari Vietnam dilaporkan menurun drastis hingga 2 digit. Menurut Goviet, sebuah asosiasi industri kayu dan hasil hutan di Vietnam, secara umum nilai ekspor kayu pada bulan Januari - Februari diperkirakan hanya mencapai 1,6 Milyar dolar AS. Nilai tersebut turun 34,8% dibandingkan periode yang sama tahun 2022.


Pameran produk furniture Vifa Expo di Vietnam

Penyebab penurunan tersebut karena banyak pasar utama di dunia (Amerika dan Eropa) yang masih menghadapi inflasi tinggi, sehingga permintaan konsumen berkurang, yang menyebabkan penurunan order baru, dan secara langsung mempengaruhi ekspor industri kayu.

Kesulitan industri perkayuan Vietnam diperkirakan akan berlangsung hingga akhir kuartal II tahun 2023 sebelum 85% produksinya bisa dipulihkan. Pemulihan ini diperkirakan akan membantu tingkat pertumbuhan 7-9 %, setara dengan nilai ekspor lebih dari 18 Milyar dolar AS.

Untuk aktif meningkatkan peluang, industri kayu akan terus fokus pada peningkatan daya saing usaha dengan menerapkan solusi bersama seperti: Mempromosikan penggunaan kayu hutan tanaman dalam negeri, mengurangi penggunaan kayu impor; Menerapkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja; Mempromosikan transformasi digital untuk mengurangi biaya produksi; Mendorong produksi yang rendah emisi.


Sementara di Australia, eksportir woodchips terbesar di Ausralia mengatakan bahwa Indonesia telah menjadi importir bersih serat kayu dan menjadi pelanggan penting bagi perusahaan kayu Australia.

Untuk pertama kalinya sejak 2019, Indonesia kembali mengimpor woodchips atau serpihan kayu dari Australia. Midway Limited mengharapkan untuk melakukan 8-9 kali pengiriman woodchips dari Kepulauan Tiwi ke Sumatera tahun ini. Indonesia juga menjadi tujuan utama ekspor limbah kertas dari Australia.

CEO Midway Limited Tony McKenna mengatakan perusahaannya mengharapkan impor Indonesia meningkat "secara signifikan" tahun ini.

"Indonesia selalu menjadi produsen pulp dan kertas yang besar, tetapi sangat mandiri dengan sumber daya [kayu] mereka," katanya.

"Sekarang tampaknya ada penurunan pasokan kayu domestik di Indonesia saat mereka memperluas kapasitas pabrik pulp mereka, yang menghadirkan beberapa peluang besar untuk proyek kami, khususnya proyek Pulau Tiwi kami."


Sumber: Goviet, ABCnews

---

tentangkayu

Mari Belajar dan Berkembang Bersama Kami

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama