
Desain interior paling ikonik di bandara MCIA/img: Angelyn Sajorjo
Mactan–Cebu International Airport (MCIA), bandara internasional di Cebu, Filipina, kembali mencuri perhatian dunia arsitektur. Bandara ini — khususnya Terminal 2 — dikenal dengan interiornya yang didominasi struktur kayu, terutama lengkungan besar dari kayu laminasi (glulam), dan baru saja memenangkan penghargaan bergengsi 2025 dalam kategori desain dan arsitektur bandara.
Sejak dibuka pada Juni 2018, desain MCIA Terminal 2 memikat banyak pihak karena keberaniannya meninggalkan pendekatan “bandara beton dan baja” yang lazim. Alih-alih memakai struktur baja, atap dan lengkungan terminal ini dibangun dari glulam — kayu laminasi yang berasal dari Eropa (import dari Austria) — yang dibentuk menjadi lengkungan melengkung elegan. Struktur kayu ini tidak hanya berfungsi secara struktural, tetapi juga memberi nuansa hangat, organik, dan humanis, yang mengundang rasa nyaman sekaligus kekaguman.
Konsep “kealamian dan budaya lokal” menjadi fondasi penting dalam desain MCIA. Ruang interior dirancang mengutamakan bahan alami: kayu sebagai elemen dominan, glass wall (dinding kaca) untuk memaksimalkan cahaya alami, dan elemen tradisional seperti meja check-in berbahan anyaman lokal.
Salah satu alasan mengapa glulam dipilih adalah karena glulam mampu menggabungkan kekuatan struktural dan estetika alami. Seperti yang diungkap oleh tim desainer: jika menggunakan baja maka terminal akan terasa seperti “bandara biasa di mana saja di dunia”. Sedangkan jika menggunakan baja tetapi hanya dilapisi kayu — maka kesan alami akan terasa “palsu” dan pretensius. Glulam dianggap sebagai solusi ideal: kuat, estetis, dan memberi integritas arsitektural yang nyata.
Desain unik tersebut membuat MCIA Terminal 2 dianggap sebagai terobosan dalam arsitektur bandara internasional. Terminal seluas 65.500 meter persegi ini berhasil menghadirkan suasana yang lapang, terang, dan berbeda dari bandara konvensional.
Menurut juri penghargaan, interior dan arsitektur MCIA bukan sekadar estetika: struktur dan materialnya mampu memadukan keberlanjutan, keanggunan, dan rasa lokal — menciptakan pengalaman perjalanan yang berkesan bagi penumpang sekaligus menjaga jejak karbon yang lebih rendah dibanding menggunakan baja.
Keberhasilan ini menjadi bukti bahwa arsitektur bandara modern bisa lebih dari sekadar efisiensi dan fungsionalitas. Dengan keberanian untuk mengeksplorasi material alami seperti kayu dan glulam, dan dengan kesadaran terhadap konteks lokal dan lingkungan, MCIA berhasil menyajikan sebuah bandara yang bermartabat — bukan hanya gerbang perjalanan, tetapi juga mahakarya desain yang menghadirkan nilai budaya, estetik, dan keberlanjutan.
---