Grading Kayu Jati, Apa Bedanya Kelas A, Kelas B, dan Kelas C?

Kayu Jati dikenal baik karena kualitasnya yang tahan terhadap lingkungan yang berbeda dan keawetannya. Namun demikian, ada beberapa perbedaan utama dalam kualitas kayu Jati. Penilaian tersebut berdasarkan penampilan fisik kayu Jati misalnya warna, serat kayu, bahkan pada bagian mana kayu Jati ditebang.


Foto: Kayu Jati dalam proses produksi

Kayu Jati mengandung senyawa alami yang membantu melindungi kayu dari kerusakan akibat serangga kayu dan lebih tahan terhadap kelembaban.
Kualitas kayu Jati biasanya dibagi dalam 3-4 kelas kualitas, namun yang sering digunakan oleh para pelaku industri perkayuan adalah Kelas A, B, dan C.


Kelas-A

Kelas-A adalah kualitas paling tinggi, Jati kelas-A memiliki warna yang seragam, kepadatan kayu (density) paling tinggi, variasi serat kayu sangat kecil atau rata-rata lurus dan tidak bergelombang, dan toleransi yang sangat kecil untuk perubahan atau variasi warna.
Mata kayu bisa dikatakan tidak ada sama sekali pada kayu Jati kelas-A, karena Jati kelas-A dihasilkan dari bagian log yang lebih dalam ke arah pusat log, sehingga tidak terdapat kayu Gubal, dan semakin posisi ke dalam pusat log, ukuran mata kayu akan semakin kecil.


Foto: Susunan kayu Jati dengan kualitas kelas-A/B

Serat lurus hanya bisa didapatkan dari log yang berdiameter besar, artinya bahwa kayu Jati kelas-A yang sejati hanya dihasilkan dari pohon Jati yang telah dewasa, dan berbentuk lebih bulat. Hanya sekitar maksimum 40% dari kayu log yang bisa dijadikan kelas-A, sisanya dikategorikan kelas kayu Jati lebih rendah.

Kayu Jati kelas-A biasanya digunakan untuk furnitur premium, baik difungsikan untuk indoor maupun outdoor.



Kelas-B

Jati kelas-B kurang konsisten dibandingkan kelas-A. Warna kayu lebih bervariasi, arah serat kayu lebih bergelombang, dan kadang-kadang terdapat warna urat serat yang agak kontras, yang berwarna abu-abu atau hitam. Kadang-kadang terdapat sebagian kecil kayu Gubal pada kelas-B, namun jumlah dan ukuran mata kayu pada Jati kelas-B sangat minimal. Sebagian besar masih tidak mengijinkan mata kayu pada kelas-B, namun untuk beberapa pelaku industri furnitur Jati, mata kayu yang sehat dan berukuran Ø sangat kecil (Ø max: 10mm) masih bisa diterima.

Kayu kelas-B berasal dari bagian agak pinggir antara kayu Teras dan kayu Gubal, dan juga dari ukuran log yang lebih kecil. Masih mungkin mendapatkan kayu dengan serat lurus tidak bergelombang, tetapi cukup sulit untuk mendapatkan sepotong kayu utuh tanpa kayu Gubal, terutama bagian potongan dengan ukuran panjang. Bisa dipastikan masih terdapat bagian kayu Gubal yang berwarna leboh terang.


Kelas-C dan D

Kelas ini memiliki kualitas paling rendah dan penampilan paling buruk. Sebagian besar adalah kayu Gubal, dan kelas-C memiliki arah serat yang sangat bervariasi. Terdapat banyak sekali mata kayu (knot) dengan ukuran besar karena posisi pemotongannya dari bagian pinggir kayu log, bahkan banyak terdapat pula mata kayu mati (dead knot) yang pada aplikasinya harus ditambal dengan kayu atau dempul untuk mendapatkan permukaan yang rata.

Warna kayu juga sangat beragam, dari warna yang hampir kemerahan atau coklat tua, hingga warna yang putih bercampur abu-abu sehingga menimbulkan penampilan yang kurang harmonis.
Dari kualitas kekuatannya, kelas-C dan D adalah paling lemah. Sebagaimana diketahui bahwa kayu Gubal akan lebih mudah berubah bentuk dan lebih mudah pecah karena kepadatan kayu lebih rendah daripada bagian kayu Teras. Dan artinya furnitur yang dibuat dari kayu kelas-C dan D tidak bisa bertahan lebih lama daripada kelas lainnya, dan lebih mudah terpengaruh perubahan cuaca.


Foto: Susunan laminasi kayu Jati menggunakan kelas-C dan D

Bentuk log yang kurang silindris, atau kurang bundar, berpenampang seperti belimbing akan menghasilkan lebih banyak papan kelas-C dan D. Ukuran log yang lebih kecil, dan artinya usia pohon Jati yang lebih muda juga memberikan lebih banyak kualitas kayu Jati kelas-C dan D. Rata-rata hanya sekitar 10-15% menjadi kayu Kelas-A.

Kualitas kelas-C & D hanya dianjurkan untuk perabot dalam ruangan, dan tidak direkomendasikan untuk perabot luar ruangan. Kualitas perabot akan lebih awet dibandingkan dengan jenis kayu lain dan penampilannya bisa diperbaiki dengan memberikan warna tambahan atau pewarnaan khusus pada seluruh permukaan kayu.

Furnitur premium untuk luar ruangan biasanya hanya menggunakan kelas-A, sehingga harganya sangat tinggi, dan kualitasnya menjadi yang terbaik. Sebagian besar lainnya mengkombinasikan kayu Jati kelas-A & B. Kualitas produk masih sangat baik, dan ongkos produksi atau harga perabout bisa lebih terjangkau.

Eko HIDAYAT

Profesional dalam industri kayu dan bisnis terkait furniture | Founder tentangkayu.com

2 Komentar

Lebih baru Lebih lama