Apa Itu Drop Test ISTA dan Bagaimana Mematuhinya?

Furnitur kayu diproduksi dengan penuh ketelitian dan hati-hati untuk menjaga kualitas hasil akhir sesuai dengan yang diharapkan oleh konsumen. Dan seluruh tenaga yang diberikan untuk proses tersebut akan menjadi sia-sia jika kemasan furnitur tidak dilakukan maksimal untuk melindungi produk di dalamnya.


Foto: Kemasan produk furniture di dalam gudang pabrik kayu

ISTA atau International Safe Transit Association adalah sebuah organisasi yang berfokus pada masalah kemasan (packing) di dalam sebuah rantai distribusi barang. ISTA mengembangkan protokol pengujian dan standar desain kemasan dengan 4 pengujian utama yaitu Drop testing, Vibration testing, Shock testing, dan Incline testing. Salah satu yang paling banyak digunakan sebagai acuan atau referensi adalah 'drop test' atau uji jatuh.
Secara keseluruhan, standar dari ISTA dibuat untuk memastikan isi paket atau produk di dalam kemasan terlindungi dari risiko kerusakan yang bisa terjadi di dalam rantai distribusi, sejak barang keluar dari pabrik hingga ke tangan konsumen.

Pengujian paket atau 'package test' dilakukan dengan beberapa metode, tergantung dari cara anda mengemas barang atau tergantung pada bagaimana paket barang tersebut dikirim. Mereka membaginya dalam beberapa bidang pengujian hingga 7 seri atau standar, tapi pada artikel ini kami akan membahas 4 pengujian utama.

  • Prosedur ISTA Seri 1: Tes Kinerja Integritas Tanpa Simulasi, yaitu pengujian yang fokus pada kekuatan dan kekokohan produk berikut paket kemasan dengan mengabaikan kondisi lingkungan seperti moda pengiriman, gudang penyimpanan, atau lainnya.
  • Prosedur ISTA Seri 2: Tes Kinerja Dengan Simulasi Sebagian, yaitu pengujian dengan setidaknya melibatkan satu elemen dari seri 3, misalnya kondisi sekitar kemasan atau getaran umum selama transportasi.
  • Prosedur ISTA Seri 3: Tes Kinerja Dengan Simulasi Umum, yaitu pengujian yang dirancang untuk laboratorium penguji membuat simulasi gerakan yang bisa menimbulkan kerusakan, atau dengan kekuatan tekanan/beban, serta kondisi lingkungan di dalam rantai distribusi.
  • Prosedur ISTA Seri 4: Tes Kinerja Dengan Tambahan Simulasi, pengujian dengan simulasi umum namun terfokus pada setidaknya satu elemen misalnya pada moda transportasi yang ekstrim.



Seri Pengujian ISTA Yang Mencakup 'Drop Test'

Seri 1A, 1C:
Kedua seri pengujian ini mencakup pengujian produk dalam kemasan dengan berat tidak lebih dari 68 kilogram. Ketinggian uji jatuh bervariasi sesuai berat kemasan, bisa dilihat pada artikel Drop test untuk Packing Furnitur.
Bedanya adalah bahwa pengujian 1C memerlukan prakondisi suhu & kelembaban, uji kompresi, dan uji getaran.

Seri 1B, 1D:
Pengujian 1B & 1D mencakup pengujian produk dalam kemasan dengan berat di atas 68 kilogram. Ketinggian uji jatuh adalah 150 milimeter, dan termasuk Rotation Drop Test pada ujung kemasan dengan ketinggian 200 milimeter.




Seri 2A, 2B, 2C:
Protokol pengujian Seri 2 ISTA menggabungkan beberapa elemen pengujian dari Seri ISTA-1 (tes Non-Simulasi) dengan elemen dari pengujian Seri ISTA 3 yang lebih maju (Simulasi Umum).
Seri 2A mencakup produk dalam kemasan dengan berat tidak lebih dari 68 kilogram
Seri 2B mencakup produk dalam kemasan dengan berat di atas 68 kilogram
Seri 2C mencakup produk kemasan furnitur untuk pengapalan. Ketinggian Drop test ditentukan dengan berat karton furnitur, yaitu ≤ 23 kg, 23 - 45 kg, dan karton dengan berat di atas 45 kg.

Seri 3A, 3B, 3E, 3F, 3H, 3K:
Termasuk elemen tambahan dengan bberapa simulasi gerakan di sekitar kemasan.
Prosedur 3A: Pengiriman paket dengan berat ≤ 70 kilogram
Prosedur 3B: Pengiriman dengan moda transportasi truk kecil atau kurang
Prosedur 3E: Produk yang dikemas serupa dalam muatan yang disatukan dalam pengiriman truk
Prosedur 3F: Pengiriman dari pusat distribusi ke outlet peritel/toko (45kg)
Prosedur 3H: Pengakutan kontener yang ditangani secara mekanis
Project 3K: Barang konsumsi khusus untuk distribusi peritel di Eropa (sedang dalam tahap pengembangan)


Bagaimana Memastikan Kualitas Kemasan Aman Untuk Produk

Terutama untuk persiapan menjalani pengujian 'drop test', kita harus fokus pada kemasan produk sebelum mempertimbangkan kondisi pengiriman ataupun penanganan di dalam rantai distribusi kemasan tersebut.

1. Bahan baku kemasan produk furnitur
Bahan karton yang paling banyak digunakan dan mudah didapatkan. Pilih ketebalan dan kualitas bahan karton yang akan digunakan dengan mempertimbangkan ukuran kemasan dan berat produk di dalam karton.
Selain ketebalan dan jumlah lapisan karton, perlu dipertimbangkan kualitas kepadatan bahan karton itu sendiri.

2. Identifikasi bagian paling berisiko
Jika produk furnitur dikemas secara utuh 'full assembled', perhatikan bagian ujung atau komponen paling lemah dan lindungi bagian tersebut dari kemungkinan benturan maupun getaran. Biasanya pada sudut meja makan misalnya atau pada bagian ujung almari.
Bagian tersebut harus diberikan tambahan pelindung seperti stereo foam atau beberapa lapis karton yang lebih tebal.

3. Bungkus setiap komponen
Antisipasi ini lebih ditujukan untuk produk furnitur knock-down atau lepasan. Pastikan antar komponen tidak bergesekan atau bersentuhan secara langsung tanpa pembatas.
Dan pastikan semua komponen termasuk perlengkapan hardware terikat kuat pada bagian yang lain.

4. Gambar, stiker atau label peringatan
Tidak ada salahnya jika Anda menempelkan (dicetak lebih baik) beberapa gambar atau label peringatan pada bagian luar karton, terutama gambar simbol mudah pecah, posisi bagian atas karton, dan lainnya


Eko HIDAYAT

Profesional dalam industri kayu dan bisnis terkait furniture | Founder tentangkayu.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama