Packing Furniture

Pengaturan packing bisa menjadi sebuah masalah besar bagi produsen furniture apabila tidak dipikirkan secara hati-hati dan detail. Metode packing menjadi salah satu kontributor terjaganya kualitas produk hingga sampai di tangan konsumen.

Menurut survey sebuah perusahaan furniture, kerusakan barang karena masalah packing tercatat mencapai 2% dari total produk yang mereka produksi. Ini adalah suatu jumlah yang besar pada sebuah produk. Masalah timbul pada beberapa langkah di dalam produksi, transportasi hingga perakitan (untuk produk Knock Down).

Metode Packing

Pada umumnya packing furniture bisa dilakukan dalam 3 kategori:
  • Single Packing: satu buah produk dipacking dengan individu packing/karton. Contohnya adalah kursi rotan, meja makan besar, dll. Metode ini digunakan hampir pada seluruh jenis produk dengan semua jenis ukuran dan semua jenis pengiriman.

  • Multiple Packing: dipakai pada produk furniture & aksesoris yang berukuran kecil dan sedang. Misalnya set kursi makan yang terdiri dari 2 atau 4 buah kursi dalam satu karton. Lazim dipakai karena si produsen ingin menjual produk sebagai set. Kadang-kadang juga digunakan pada produk yang berukuran kecil untuk membantu kemudahan logistik barang.

  • Pallet packing: Hanya dilakukan oleh pabrik-pabrik besar yang mengirimkan barangnya ke luar negeri menggunakan kontainer. Palet membantu menjaga packing + beberapa karton lainnya tetap stabil selama perjalanan.

Seringkali pada produk untuk pasar domestik tidak memperhatikan manfaat packing yang baik, sehingga sering kita sebagai konsumen yang dirugikan. Barang yang baru saja dibeli telah cacat tergores atau terbentur pada beberapa sudut.



Faktor Penting Packing

Sebagai produsen furniture, mendesain packing untuk sebuah produk perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1. Ukuran produk
Lebih besar akan membutuhkan pengamanan yang lebih baik sehingga perlu dialokasikan beberapa bahan yang berkualitas lebih baik.

2. Jenis finishing
Produk tanpa finishing bukan berarti tidak memerlukan packing yang baik, namun dengan perbedaan itu perlu dipilih bahan packing yang sesuai. Misalnya dengan jenis finishing pigment warna sebaiknya jangan gunakan bahan packing dari kertas karton.

3. Material Furniture
Furniture kayu selalu dikombinasikan dengan bahan lain seperti aluminium, plastik, karet, kulit, tekstil, kaca, rotan, hingga bambu. masing-masing jenis bahan tersebut memerlukan penanganan khusus dalam hal packing. Terutama kaca/cermin harus diberikan ekstra pengamanan pada saat packing.

4. Logistik
Resiko kerusakan produk untuk pengiriman di dalam kota tidak sama dengan produk yang harus melalui perjalanan sepanjang ratusan kilometer atau bahkan ribuan kilometer. Tentu saja akan lebih baik apabila keduanya memiliki packing yang sama-sama aman. Perlu dipikirkan juga kemungkinan-kemungkina yang bisa terjadi terhadap mode angkutan yang akan digunakan, apakah produk akan diangkut hanya dengan mobil, dengan motor, dengan pesawat atau kereta api.

5. Lokasi konsumen
Di Indonesia peraturan tentang bahan packing yang bisa didaur ulang masih belum ketat untuk diterapkan, namun apabila kita hendak mengirim produk ke negara yang sangat memperhatikan lingkungan, kita harus perhatikan jenis bahan packing yang digunakan.

6. Harga Produk
Ini perlu menjadi pertimbangan penting bagi kita sebagai konsumen ataupun sebagai produsen furniture. Sebuah kursi yang dibalut kulit dan finishing yang sangat baik tentu saja, sebagai konsumen akan menuntut barang tersebut sampai di rumah dalam keadaan utuh tanpa cacat sedikitpun. Produsen seharusnya tidak ragu-ragu mengalokasikan dana lebih untuk membuat packing seaman mungkin.

Edited: 28-Dec-2021

Eko HIDAYAT

Profesional dalam industri kayu dan bisnis terkait furniture | Founder tentangkayu.com

1 Komentar

  1. Saya mohon izin untuk menggunakan materi di atas sebagai referensi penulisan Tugas Akhir saya. Tentunya saya akan mencantukmkan link website Tentang Kayu pada penulisan saya. Terima Kasih.

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama