Tarif Baru AS: Siapa Lebih Untung, Vietnam atau Indonesia?

Pemerintah Amerika Serikat di bawah Presiden Trump secara resmi telah menetapkan kebijakan tarif baru untuk produk impor furniture kayu. Berlaku mulai 1 Agustus 2025, Vietnam dikenakan tarif 20%, sementara Indonesia terkena tarif 32%.

Keputusan ini langsung mempengaruhi peta persaingan ekspor furniture ke pasar AS di Asia Tenggara, khususnya bagi kedua negara yang selama ini menjadi pemain utama di sektor ini.

kursi dan meja makan kayu solid
Vietnam dikenakan 20%, Indonesia 32% — persaingan furniture kayu di pasar Amerika semakin ketat

Dampak Bagi Industri Furniture Kayu

Bagi Indonesia, kenaikan tarif menjadi 32% jelas menjadi pukulan berat. Amerika Serikat adalah salah satu pasar ekspor terbesar furniture kayu Indonesia. Kenaikan tarif ini akan membuat harga produk buatan Indonesia di pasar AS menjadi lebih mahal, menurunkan daya saing, serta berisiko kehilangan kontrak dari buyer yang sangat sensitif terhadap harga.

Di sisi lain, Vietnam yang sebelumnya terkena tarif hingga 46%, dan diperkirakan akan tetap bertahan di atas 25%, namun nyatanya hanya dikenakan 20%. Meskipun tetap naik, angka ini jauh lebih ringan dan memberi ruang bagi Vietnam untuk tetap kompetitif di pasar AS.

Posisi Vietnam yang selama ini dikenal sebagai eksportir furniture dengan produktivitas tinggi, efisien, dan fleksibel dalam hal desain, berpotensi memanfaatkan celah tarif ini untuk memperluas pangsa pasarnya.


Analisis Keuntungan Kompetitif

Hanya dengan melihat perbedaan angka prosentase tersebut, Vietnam sudah jelas memang lebih diuntungkan dalam situasi ini. Tarif yang 'hanya' 20% membuat produk buatan Vietnam tetap lebih kompetitif dibanding Indonesia yang harus menanggung 32%. Dengan selisih 12%, buyer AS kemungkinan besar akan memprioritaskan supplier dari Vietnam ketimbang Indonesia, terutama untuk produk-produk massal yang mengutamakan harga daripada gaya atau fitur unggulan lainnya.

Selain itu, Vietnam sudah memiliki pengalaman diversifikasi pasar dan efisiensi produksi yang tinggi. Ditambah fasilitas ekspor yang kuat, Vietnam diprediksi akan mengambil alih sebagian besar permintaan furniture kayu yang selama ini dipegang Indonesia dan negara di Asia Tenggara lainnya.


Strategi untuk Indonesia

tarif baru berlaku mulai 1 agustus Agar tidak tertinggal, pelaku industri furniture Indonesia tidak memiliki pilihan lain selain harus segera beradaptasi.
Langkah-langkah yang bisa diambil mungkin antara lain seperti ini:

1. Diversifikasi pasar ekspor.
Tidak hanya mengandalkan pasar ekspor AS sebagai tujuan ekspor, tetapi pasar Eropa, Timur Tengah, Asia Timur dan Australia juga harus segera dipelajari untuk memperluas pasar ekspor.

2. Efisiensi produksi, desain, dan nilai tambah produk.
Kita harus segera melakukan pembenahan pada manajemen produksi agar lebih efisien, misalnya dengan peremajaan mesin produksi yang berteknologi baru, tingkatkan efisiensi desain yang lebih mengutamakan pengalaman terbaik bagi konsumen, dan memproduksi produk atau barang yang memiliki nilai tambah.

3. Sertifikasi legalitas dan keberlanjutan kayu.
Semaikin banyak pembeli yang menuntut produsen menggunakan bahan baku yang berkelanjutan dan berasal dari sumber yang lebih bertanggungjawab. Indonesia perlu memperkuat posisinya dalam hal penyediaan bahan yang bersertifikasi, misalnya seperti SVLK dan FSC.

4. Negosiasi lanjutan atau perjanjian khusus.
Tindakan ini yang mungkin hanya bisa dilakukan oleh pemerintah, yaitu melakukan diskusi secara langsung dengan pihak administrasi Presiden Trump untuk menyeimbangkan nerasa perdagangan antara Indonesia dan AS. Pemerintah Vietnam termasuk salah satu negara yang bereaksi positif secara cepat dan aktif dengan cara melakukan beberapa rapat dengan pengambil keputusan sejak April hingga Juni.

Dengan perbedaan tarif yang cukup signifikan, Vietnam diprediksi akan lebih diuntungkan dalam persaingan ekspor furniture kayu ke AS. Indonesia harus bergerak cepat dengan strategi diversifikasi pasar dan peningkatan daya saing produk agar tetap bertahan dan berkembang di pasar global.


Anda memiliki pendapat lain? Silahkan tulis di kolom komentar
---

Eko HIDAYAT

Profesional dalam industri kayu dan bisnis terkait furniture | Founder tentangkayu.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama