Cuttermark

Kunjungilah sebuah sawmill kayu dan coba perhatikan salah satu papan yang baru saja dibelah. Anda akan melihat bahwa permukaan papan/balok tersebut masih kasar, banyak garis yang dibuat oleh gerakan mata gergaji pada saat pembelahan. Garis tersebut layak disebut cuttermark. Atau pada balok kayu yang baru saja anda beli di sebuah toko bangunan, pasti masih terdapat cuttermark.

Ini adalah hasil dari sebuah proses awal pengolahan kayu yang mana level/grade kekasarannya akan berbeda-beda tergantung dari lokasi proses, jenis mesin, jenis kayu dan juga bagaimana para operator membuat setting pada mesin maupun pola pengoperasian mesin. Guratan-guratannya pun akan berbeda jika menggunakan jenis pisau yang berbeda.


Cuttermark merupakan salah satu masalah dasar dalam pengolahan kayu terutama kayu solid. Pada level kualitas furniture kelas tinggi yang menuntut kehalusan dan kerataan permukaan kayu, cuttermark sekecil apapun harus bisa dieliminasi.

Bagaimana Cuttermark terbentuk?
Pada saat mesin bekerja memotong/membelah kayu, getaran dari putaran mesin, tekanan operator yang kurang stabil ataupun penekanan yang menggunakan 'feeder' terlalu cepat menarik benda kerja berperan menciptakan cuttermark. Kita tidak perlu membahas cuttermark yang terdapat pada kayu gergajian terlalu dalam karena kayu tersebut pasti akan melalui proses selanjutnya untuk membuatnya lebih halus.

Yang akan dibicarakan lebih dalam di sini yaitu cuttermark yang terjadi pada saat proses serut/ketam. Untuk proses pengerjaan kayu yang paling ideal, kecepatan dorong harus seimbang dengan kecepatan putaran pisau pada mesin. Semakin cepat putaran pisau, maka pada kecepatan dorong yang tidak berubah akan semakin halus pula permukaan kayu yang diserut.

Contoh sederhana:
Misalnya sebuah mesin ketam memiliki kecepatan pisau 4.500 rpm (Round per Minute)dan dan dilakukan dengan kecepatan dorong 10 meter/menit, mata pisau akan berputar sebanyak 4 - 5 kali putaran untuk mengiris sepanjang 1 cm kayu sekali jalan.
Apabila putaran mesin ditambah menjadi 6.000 rpm maka untuk mengiris sepanjang 1 cm, pisau akan berputar sebanyak hingga 6 kali. Otomatis permukaan kayu akan semakin halus dengan lebih seringnya pisau mengiris.


Cuttermark pada proses serut lebih terlihat seperti gelombang halus yang apabila anda kurang teliti hanya akan terlihat jelas setelah benda kerja memasuki ruang finishing. Oleh sebab itu proses amplas/sanding diperlukan sebelum proses finishing.

Beberapa tips untuk mengurangi efek cuttermark (terutama pada proses serut/moulding:
1. Gunakan mesin pada kecepatan putaran mesin normal sesuai yang dianjurkan produsen.
2. Pada mesin non-fully automatic, dorong benda kerja dengan kecepatan yang sedang. Hitung secara teori kecepatan dorong yang harus anda terapkan dan apabila anda sudah berpengalaman menggunakan mesin yang sama, akan terasa apabila dorongan terasa agak berat atau suara mesin meningkat (meraung) berarti anda telah mendorong benda kerja terlalu cepat.
3. Setting ukuran ketebalan bagian kayu yang akan diserut. Lebih tipis akan mengurangi cuttermark karena beban mesin menjadi lebih ringan.
ketebalan yang ideal adalah antara 1-3 mm.
4. Gunakan poros pisau yang memiliki mata pisau lebih banyak. Lebih banyak mata pisau maka bagian yang harus diserut menjadi lebih sedikit untuk setiap mata pisau.
5. Untuk konfigurasi mata pisau berjumlah banyak, pastikan bahwa 'ketinggian mata pisau' adalah sama persis antara satu dengan yang lainnya sehingga setiap mata pisau bekerja secara optimal.
6. Selalu gunakan mata pisau yang TAJAM.

Eko HIDAYAT

Profesional dalam industri kayu dan bisnis terkait furniture | Founder tentangkayu.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama