Menentukan Harga Jual Produk Furniture Kayu Yang Rasional

Konsep umum dalam dunia perdagangan cukup jelas dan sederhana, bahwa selisih dari harga beli atau produksi barang dengan harga jualnya adalah margin keuntungan atau profit. Dan setiap orang yang melakukan bisnis jual beli harus bisa memiliki keuntungan untuk kelangsungan kegiatan usaha selanjutnya. Dan di luar hal tersebut, tentunya biaya pajak pertambahan nilai (PPn) juga harus diperhitungkan.

Tidak berbeda jauh dalam dunia industri furniture kayu, dalam hal ini jika anda memiliki fasilitas untuk membuat furniture kayu yakni sebuah bengkel kayu atau workshop atau pabrik skala menengah dengan beberapa mesin dasar dan peralatan tukang kayu, maka harga pokok produksi atau HPP merupakan total biaya produksi yang dikeluarkan untuk membuat sebuah furniture.


Meja makan INGO dari IKEA sebagai contoh produk

Kita tidak akan membahas tentang bagaimana Anda bisa mendapatkan keuntungan besar dari usaha perdagangan furniture kayu (kami sama sekali tidak memiliki keahlian di bidang tersebut), akan tetapi pada artikel ini kami akan membahas secara umum bagaimana menentukan harga jual produk furniture kayu yang sesuai dengan biaya produksi, kualitas produk dan target pasar yang dituju.


Komponen Harga

Sebagai contoh sederhana, jika Anda menerima order atau berencana untuk membuat produksi masal meja makan dari kayu solid yang mirip dengan meja makan INGO dari IKEA, berapa harga jual yang sebaiknya ditawarkan kepada konsumen?

Biaya apa saja yang akan dikeluarkan dan harus diperhitungkan dari awal pembuatan produk hingga meja makan tersebut terkirim ke rumah konsumen?

Penjelasan berikut ini hanya sebagai contoh produk untuk pemahaman tentang kalkulasi harga barang, tidak mewakili harga atau biaya yang sebenarnya.



Beberapa komponen harga yang harus diperhitungkan adalah:

1. Biaya bahan baku
Berupa kayu solid pinus sebagai bahan baku utama dan dihitung berdasarkan volume kayu yang dibutuhkan per meja dalam satuan meter kubik. Perhitungan biaya harus dilakukan dengan cermat, harus dihitung berdasarkan harga beli kayu dengan volume saat batang kayu masih berupa papan kasar atau belum diproses dengan mesin. Jangan lupa untuk menambahkan limbah produksi sebagai bagian dari biaya.

Jenis kayu memberi pengaruh besar pada biaya produksi dan nantinya pada harga jual furniture. Kayu solid pinus mungkin hanya memiliki proporsi sekitar 50% dari total biaya produksi, jika menggunakan kayu Jati, proporsi biaya bahan baku bisa mencapai 75% dari total biaya produksi.

Baca juga:
Pentingnya Membuat BOM (Bill of Materials)...


2. Biaya tukang Kayu
Biaya ini tergantung bagaimana pembiayaan tukang kayu, apakah berdasarkan setiap proyek per unit atau berdasarkan ongkos harian. Pada akhirnya bisa dihitung biaya untuk membayar gaji tukang kayu untuk membuat sebuah meja dari awal pembahanan hingga komponen meja terakit dalam kondisi belum difinishing.
Selain ongkos kerja tukang kayu, perlu diperhitungkan juga biaya dari investasi mesin yang digunakan untuk produksi. Sebuah investasi mesin biasanya perlu dihitung biaya penyusutan dalam hitungan tahun, sesuai frekuensi pemakaian dan besarnya investasi yang dikeluarkan.

3. Bahan Finishing
Pada contoh meja INGO di atas, biaya bahan finishing cukup rendah karena jenis finishingnya sangat sederhana dan biaya untuk tukang finishing juga otomatis lebih kecil.

4. Aksesori
Sekrup untuk sistem knockdown, lem kayu, kertas amplas, dan perlengkapan lainnya merupakan bahan-bahan yang termasuk dalam biaya perlengkapan. Pada jenis furniture lain seperti lemari, mungkin anda perlu memasukkan perlengkapan lain seperti engsel sendok, atau pegangan pintu di dalam biaya ini.

5. Kemasan
Khususnya jika produk kayu dibuat knockdown atau sistem lepasan, maka bahan pembungkus dari karton, kantong plastik, serta biaya pekerja untuk mengemas dan memasang kembali jika diminta oleh konsumen harus diperhitungkan pada komponen biaya kemasan.

Komponen biaya di atas dari 1-5 kita anggap sebagai biaya pokok produksi yang langsung, atau biaya yang hanya dikeluarkan saat terjadi aktivitas produksi. Beberapa orang menyebutnya biaya variabel, karena nilainya yang cenderung berubah atau tidak tetap menyesuaikan jenis dan tipe produk.

6. Overhead
Di dalam komponen biaya overhead, yaitu biaya tidak langsung, tetapi mendukung kelangsungan produksi yang biasa disebut biaya overhead. Di dalamnya terdapat biaya sewa gedung atau kantor, pembayaran listrik, dan gaji karyawan lainnya yang tidak terlibat langsung di dalam proses produksi. Kadang dihitung berupa angka nominal untuk setiap produk apapun jenis dan ukurannya. Sebagian besar menghitung angka % dari jumlah keseluruhan produksi, walaupun kurang akurat, metode ini cukup mudah dan cepat.

7. Biaya lain-lain
Biaya logistik termasuk jika sewa alat angkut atau ongkos pengiriman barang menjadi bagian dari komponen biaya lainnya. Atau jika diperlukan untuk membuat acara promosi dan acara kampanye penjualan lainnya, biaya tersebut harus diperhitung di bagian ini.

Jumlah biaya di atas dari No. 1 hingga 7 merupakan total biaya produksi, atau disebut Harga Pokok Produksi (HPP). Selanjutnya dari angka tersebut harus ditambahkan minimal dua elemen harga untuk mendapatkan nilai harga jual untuk konsumen, yaitu margin keuntungan dan pajak pertambahan nilai.

Ilustrasi grafik yang menunjukkan perincian biaya produksi dan tambahan biaya lainnya untuk menentukan harga jual


8. Margin
Sebuah usaha perdagangan tentu saja harus memiliki keuntungan untuk kelangsungan usaha, dan selisih harga penjualan dan total biaya produk merupakan margin keuntungan.Dan dari akumulasi keuntungan usaha selama periode tertentu, sebuah badan usaha bisa melakukan pengembangan dan investasi pada fasilitas produksi dan sumber daya lainnya.

Tidak ada aturan baku tentang prosentase keuntungan, hal tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor internal perusahaan dan faktor external seperti target pasar yang dituju, nilai produk dari sisi desain atau seni, dan nilai lainnya. Secara umum margin keuntungan biasanya berkisar antara 15-25% dari total biaya produk.

9. Pajak
Bagian ini harus dihitung paling akhir dan harus ditambahkan pada harga jual produk kayu dan furniture kayu. Pajak pertambahan nilai (PPn) inilah yang pada kahirnya nanti harus dilaporkan ke bagian perpajakan di dalam laporan tahunan finansial.


---

Eko HIDAYAT

Profesional dalam industri kayu dan bisnis terkait furniture | Founder tentangkayu.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama